Sulit aku merangkai
kata menjelaskan perasaan-perasaan ini. Gelisah, tak sabar, letih, juga
jengkel.
Akhirnya, aku memilih
diam. Menelan kembali penat yang harus ku olah sendiri. Sudah beberapa hari
ini, setelah kepulanganku dari Kenteng yang sejuk dan penuh canda tawa dengan
teman KKN, aku kembali pada rutinitas kampus, HMPS dan wajah-wajah yang
membosankan itu lagi.
Tak sesederhana
tanggung jawab akademik atau kegiatan orginisasi saja. Penat ini memuncak
sampai ke ubun-ubun. Aku ingin bebas, aku ingin berkelana.
Sementara, perjalanan 4
bulan harus dihadapi. Berat dan membosankan.
Aku ditelfon pukul
12.00, mendadak. Tak terlalu lama. Hanya sekedar tukar cerita tentang kegiatan
hari ini. Aku tak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku. Aku ingin sekali
mengadu.
Perbincangan kami terasa
hambar, meski aku tahu ia juga menanggkap ada sesuatu yang salah.
Ketir dalam hatiku, suara
itu mengundang perasaan melankolis, ia adalah satu dari alasan aku menganggap
dunia sebagai tempat yang menantang.
Begitu telfon ditutup, aku yakin ia juga
ikut meraskan kegelisahan yang sama.
Ada jiwa Martin di dalam diri Jati, begitu juga
sebaliknya. Setelah telfon singkat itu, air mata membasahi pipiku, aku tak tahu ntah menangisi apa.
Selang beberapa menit, pesan Whatsapp masuk "Ini, Hey tonight, lagu yang buat semngat."
Ia ingin aku selalu
bergembira.

Komentar
Posting Komentar